Senin, 22 November 2010

Menata Cinta Produk Sendiri


Aku dan karyaku

Mengapa kehadiran CAFTA menimbulkan rasa was-was dihati para pengrajin kecil ?Mungkin karena produk China sangat murah harganya, mudah dicari barangnya, mudah memilih karena banyak ragamnya, sangat ngetrend karena merupakan barang yang banyak dicari. Barangkali masalah kualitas yang perlu diuji kembali.

Serbuan pasar oleh barang-barang China didorong oleh hasil perjanjian CAFTA, suka atau tidak suka, maka semua dikembalikan kepada konsumen yang menerima manfaat atas barang-barang tersebut.Disisi lain kehadiran barang-barang China merupakan ajang kompetisi bagi produk lokal yang sejenis, sehingga diharapkan akan meningkattkan daya kreatifitas bagi para pengrajin kita yang pada muaranya diharapkan produk lokal mampu bersaing dipasaran.

Tetapi apa yang terjadi kemudian ? ternyata barang-barang produksi China sangat mempengaruhi produk lokal yang sejenis. Walaupun terbatas pada produk yang jarang diproduksi di negeri kita, salah satunya Handphone, mungkin dinegeri kita tidak terlalu banyak yang memproduksinya. Sedangkan di negeri China penerapan Teknologi terkini sangat cepat perkembangannya, sehingga kemunculan produk saingan sangat banyak dan beragam.

Keinginan konsumen benar-benar dimanjakan oleh produsen barang tersebut, cobal lihat betapa harga HP semakin terjangkau oleh konsumen kecil. Soal kualitas ? rasanya masih dikesampingkan yang penting harganya murah meriah dan bermanfaat sekedar untuk sms,telpon dan berselancar didunia maya. Kontan saja vendor produk bermerek harus mengencangkan ikat pinggang dalam persaingan yang sangat ketat, herannya harga jual kembali HP bermerek terus merosot tajam dari harga yang dibeli semula.

Sekarang kita kembali ke produk diluar HP, salah satunya adalah kerajinan. Bedrsyukur kerajinan kita masih belum banyak bersaing dengan produk yang membanjiri pasar. Terlepas dari pengecualian dalam impor produk kerajinan luar atau tidak, kenyataan dilapangan sangat sulit mencari produk Lukisan Kaca China yang beredar dipasaran. Kesempatan ini sebenarnya harus menjadi peluang bagi para pengrajin kita dalam meningkatkan penjualanproduknya, karena tidak adanya barang sejenis yang menjadi pesaing dipasaran. Tetapi apa lacur, sebelum CAFTA ada maupun sesuydah CAFTA hadir, kenyataannya produk kerajinan lokal tetap berjalan ditempat alias biasa-biasa saja.

Jadi apa sebenarnya yang terjadi ? kelihatannya perlu penelitian lebih jauh tentang keterpurukan penjualan kerajinan produk sendiri didunia Global ini. Banyak hal yang mempengaruhinya, banyak pula ragam hambatanya, kita perlu mengevaluasi dari akar yang sangat dalam yakni adakah cinta terhadap produk sendiri ? Kalau dugaan ini benar, berarti kita sudah mulai menghapus memori akan "Rasa Cinta Produk Sendiri". Dan jika ini juga benar, maka jangan harap Kerajinan Produk Sendiri lambat laun akan hengkang dari ingatan konsumen lokal.Berarti kiat perlu mendongkrak kembali "Image Branding" terhadap produk yang dihasilkan bangsa sendiri.

Tahapan awal tentunya marilah kita menata kembali arti "Cinta" terhadap Produk Sendiri, benamkan dalam-dalam dibenak dan pikiran serta hati kita untuk terus mencintai produk sendiri. Kehadiran produk luar, biarkan saja sebagai bahan perbandingan, tetapi sebaiknya memilih produk sendiri adalah sesuatu yang sangat "urgen". Biasakan mengingat produk-produk buatan negeri sendiri baik berupa seni,kerajinan maupun alat fungsional. Mulailah menyukai dengan membeli produk-produk dalam negeri yang didalamnya tertanam rasa cinta dan tanggung jawab untuk tetap melestarikan keberadaan dan perkembangan produk lokal. Jadi siapa lagi yang harus melestarikannya? jika bukan diri kita sendiri. Lambat laun perkembangan kerajinan dari hasil produk sendiri akan tetap lestari dan berkembang sepanjang masa serta mampu mendongkrak indeks daya beli masyarakat kita.

Betapa pentingnya menata cinta produk sendiri dalam mempertahankan kelestarian produk Indonesia, maka akan menjadikan lahan potensial bagi kemajuan para pengrajin kita. Membeli produk sendiri setidaknya berdampak kepada peningkatan kesejahteraan para pengrajin kita. Sayang jika para pengrajin yang dulu rajin berkarya, kini beralih profesi menjadi penjaja produk China atau produk negara lain. Sangat disayangkan apabila dikelak kemudian hari , Lukisan Kaca tinggal nama, Topeng Cirebon tinggal cerita, atau bisa jadi Batik Tulis karya adiluhung bangsa Indonesia tinggal kenangan karena dibabat habis Batik Printing negeri seberang lautan. Menyakitkan bukan?

Oleh karenanya, marilah dari saat ini, kita mulai menata kembali rasa cinta terhdap produk sendiri. Mulai dari diri sendiri dan lingkungan sendiri. Insya Allah pada akhirnya kerajinan lokal kita atau produk hasil sendiri akan tetap berkibar, lestari dan berkembang dinegeri sendiri. Semoga.

Cirebon, Nopember 2010.

Penulis,

Halimi,SE,MM.


0 komentar:

Posting Komentar

Beri komentar pada blog ini

AdBrite