Senin, 22 November 2010

MENGGAPAI HARAP DITENGAH BADAI KELESUAN PASAR KERAJINAN CIREBON


Aku diantara karya-karyaku


Seperti tak pernah berhenti badai menerjang dibelantara bisnis kerajinan Cirebon, hampir sepanjang tahun musim kelesuan menguasai pasar. Dan badai tak pernah sekalipun berlalu memberi luang meraup keuntungan, seperti enggan mengubah arah memberikan peluang menggapai harap. Itulah sekilas gambaran tentang pemasaran produk kerajinan Cirebon, yang juga terbebani untuk tetap eksis mempertahankan kelestariannya.

Meski beragam program dan bermacam kegiatan digelontorkan untuk para pengrajin kecil kita, tetap saja dipenghujung tujuan berputar dimuara ketidakpastian pasar. Berapa banyak pengrajin kita tidak mampu menembus pasar secara berkesinambungan, sehingga begitu sulit menopang jalannya usaha kerajinan. Terseok-seok diantara sepinya konsumen, terpedaya dalam arus kesulitan dan minimnya minat dilingkungan pasar baik lokal apalagi mancanegara.

Mampukah mereka bertahan ?

Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sulit untuk dijawab,karena banyak faktor lain yang menyebabkan mereka masih bertahan dalam badai yang menerjang usaha kerajinan. Seperti apa sebenarnya faktor yang begitu mempengaruhi mereka untuk bertahan ? marilah kita kaji agar kita mampu memahami tentang kehidupan pengrajin kita. Adakah Solusi lain untuk mengentaskan kesulitan dikalangan para pengrajin kita ?

Pertama barangkali yang harus dikritisi mengapa pangsa pasar kerajinan sulit beralih menjadi sebuah keuntungan dan meningkatkan kesejahteraan hidup para pengrajin. Coba kita lihat seperti apa program dan kegiatan yang telah diberikan Pemerintah kita, apakah program dan kegiatan tersebut berkesinambungan sampai menyentuh kepada upaya terobosan pasar? Terkadang program dan kegiatan terkendala dengan keterbatasan anggaran sementara yang harus dilayani begitu banyak baik jumlah dan ragam usaha, menyiasati dengan skala prioritas masih juga dihadapkan kepada penjualan produk yang terbatas pula.

Jika memang hal itu menjadi penyebab kurang fokusnya melakukan peningkatan usaha kerajinan, sebaiknya dibuat satu koridor pembinaan yang berjenjang hingga ke tingkat Pemerintah Pusat. Sebagai contoh apabila ditingkat daerah sedang memprioritaskan salah satu kerajinan daerah, maka harus pula menyambung dengan Program dan Kegiatan yang disediakan di Tingkat Pemerintah Provinsi yang berakhir menyatunya Skala Prioritas Program dan Kegiatan di Tingka Pemerintah Pusat.

Memang akan terasa sulit menyatukan langkah untuk membesarkan,meningkatkan dan memperluas pangsa pasar bagi sebuah produk kerajinan daerah, selama tingkat koordinasi mengalami pergeseran tujuan. Apalagi ditingkahi dengan berbagai keinginan yang bisa jadi memperlambat kecepatan terobosan pasar kerajinan itu sendiri. Ilustrasinya sangat mudah, kalau didaerah memperjuangkan satu produk andalan yang ingin diwujudkan menjadi produk unggulan belum berarti di tingkat Pemerintah Propinsi akan juga sama memprioritaskan produk tersebut apalagi di Tingkat Pusatnya bisa jadi produk akan berbeda dengan yang diperjuangkan didaerah.

Tetapi semua akan menjadi satu komando jika ada hal yang sangat istimewa terhadap produk tersebut. Salah satu contoh adalah Kerajinan Batik. Jauh sebelum batik mendapat pengakuan dan penghargaan UNESCO, geliat memperjuangkan Batik agar berhasil dalam setiap pangsa pasar tidaklah pendek waktunya. Mungkin puluhan tahun para pengrajin Batik memperjuangkan nasibnya agar bisa mendapatkan peluang dimata seluruh konsumen baik lokal,regional,nasional bahkan international. Dilalahnya, ada kasus diakuinya Batik oleh Negara lain, maka semua seperti tersadar dalam mimpi bersama melakukan upaya agar Batik tidak diakui Negara lain. Begitu Unesco memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap produk Batik yang akhirnya hanyalah milik Indonesia, serempak pula dari seluruh tingkatan Pemerintah berlomba-lomba melakukan aksi untuk mensosialisasikan Batik dengan bermacam program dan kegiatannya. Gelar dan Gebyar Batik sering kita dengar melalui event kegiatan Pameran baik local, Regional, Nasional bahkan International. Berapa banyak biaya yang dibutuhkan untuk program dan kegiatan dimaksud, tak pernah merasa rugi karena memang sedang dalam masa booming batik.

Nah sekarang bagaimana dengan para pengrajin Batik itu sendiri ? akan sangat beragam dari hasil booming batik tersebut, tergantung dari masing-masing pribadi menyikapi hal ini. Banyak pengusaha yang merasa ketiban untung besar dengan booming batik tersebut karena “mendompleng” program dan kegiatan yang dilakukan Pemerintah, tapi banyak juga para pengrajin batik yang merasakannya “biasa-biasa saja”. Namun secara keseluruhan kebangkitan Batik Indonesia mulai merangkak menaiki tangga kesuksesan meraih pangsa pasar, banyak juga yang kewalahan menerima pesanan barang karena banyak pengusaha “dadakan” menjual produk batik.

Didunia maya tak kalah hebohnya dengan bermunculannya Web, Blog atau Toko Online yang memasarkan Batik yang diyakini sebagian besar adalah pengusaha atau pedagang “dadakan” dan sedikit sekali yang dilakukan para pelaku usaha kerajinan Batik. Dan yang sangat menggembirakan justeru Pasar Lokal didongkrak dengan kebijakan Pemerintah Daerah, Propinsi dan Pusat untuk membudayakan memakai pakaian seragam batik dalam hari-hari tertentu disetiap minggu dan bulannya. Sangat hebat pergerakan kebangkitan Batik Indonesia ini saat sekarang.

Lalu bagaimana dengan nasib Pengrajin diluar kerajinan Batik ? hal inilah yang menjadi fokus tulisan saya pada saat ini. Karena mungkin tidak akan gampang menyatukan booming seluruh produk kerajinan dlam waktu yang bersamaan, karena banyak factor lain yang akan membedakan pergerakan itu sendiri.

Kita menyadari Batik cepat bergerak karena ada sebab yang membuat seluruh masyarakat Indonesia merasa terpanggil, Batik cepat membooming karena Batik adalah salah satu kebutuhan sandang yang diperlukan konsumen, Batik dapat meraih pasar karena banyak ragam dengan harga terjangkau masyarakat lapisan menengah kebawah.

Akan sangat berbeda ketika harus memboomingkan Lukisan Kaca Cirebon misalnya. Satu hal yang membedakan karena tidak semua orang menyukai seni, karena Lukisan Kaca bukan kebutuhan sandang yang banyak dibutuhkan masyarakat, karena Lukisan Kaca hanya tumbuh di Cirebon dan bukan seluruh daerah di Indonesia ini. Tetapi bisa saja produk kerajinan Lukisan Kaca akan membooming didaerah sendiri dengan pangsa pasar lokal dengan mengubah strategi pemasaran produk dan teknik pembuatan produk yang harus diarahkan kepada kebutuhan pasar serta memproduksi produk inovatif, kreatif dan bersifat fungsional. Andai saja Lukisan Kaca bukan hanya pajangan atau hiasan dinding semata, andai saja Lukisan Kaca menjadi hiasan alat rumah tangga seperti meja ,kursi, buffet, penyekat ruangan, kaca hias,lampu hias dan barang fungsional yang banyak dibutuhkan masyarakat. Mungkin sedikitnya produk Lukisan Kaca Cirebon dapat mampu mendongkrak pemasaran produknya dan dapat dibutuhkan oleh konsumen masyarakat menengah kebawah.

Kedua, peningkatan pemasaran produk kerajinan Cirebon secara keseluruhan akan dapat berjalan lancar dan berkembang pesat, apabila kita mampu mengkritisi tentang “Motivasi Diri” dari masing-masing pelaku usaha dan pengrajin yang bergerak di bidang kerajinan Cirebon. Betapa tidak dalam situasi pergerakan barang-barang asal Negara China sebagai dampak dari CAFTA (China Asean Free Trade Area) sangat memprihatinkan bagi keberlangsungan pelaku usaha kerajinan dimanapun tempat di Indonesia ini. Secara perlahan tanpa kita sadari beberapa tenaga yang biasa bekerja di bidang kerajinan mulai beralih untuk menjadi Pedagang Produk China, karena upah yang diterima sangat berbeda bahkan bekerja menjadi tenaga pemasar Produk China yang notabene berada pada Gedung Pasar Modern seperti Mall atau Hyper Mart, jelas akan meningkatkan penampilan diri dari penampilan sebelumnya. Kita tidak dapat menahan keinginan para pelaku usaha yang kebanyakan anak-anak muda usia pencari kerja produktif (terutama di kota-kota besar), mereka akan cepat tertarik dengan ajakan bekerja di counter-counter HP, barang elektronik atau tenaga pemasaran barang luar lainnya ketimbang bekerja ditempat sederhana diruang produksi kerajinan yang kebanyakan berada di pedesaan dan perkampungan. Memberikan motivasi untuk tetap berusaha secara tekun,sabar,telaten dan tidak menyerah kepada situasi apapun akan terasa sulit dikembangkan dan dilaksanakan selama kondisi minimal tidak dilakukan perubahan. Barangkali kita tidak perlu menunggu waktu untuk membedah fenomena perkembangan produk kerajinan Cirebon ini, segera memulai pembenahan disemua sisi baik program, kegiatan dan pendanaan yang tepat sasaran. Banyak Instansi yang mempunyai kewenangan pembinaan terhadap para pengrajin kita, selama bisa berpangku tangan bersama-sama memberikan bantuan dan bimbingan usaha serta melakuka terobosan pasar, suatu saat kerajinan Cirebon akan bangkit memperkuat jati dirinya.

Ketiga, perkembangan dan pelestarian produk kerajinan Cirebon akan mampu melewati masa-masa kelesuan pemasaran seandainya ada keterpaduan pembinaan yang diarahkan mulai dari hulu sampai ke hilir. Mulai dari teknik produksi, inovasi produk, diversifikasi produk, penguatan kelembagaan usaha, penguatan manajemen usaha,pemberian permodalan dengan bunga lunak dan tanpa agunan, pemberian bantuan pemasaran lokal,regional,nasional dan international, mempermudah periujinan, memberikan perlindungan HAKI, mempermudah memiliki SNI dan lain sebagainya. Maka akan dibayangkan pada akhir perjalanan waktu banyak pengrajin kita yang meraih impiannya dan memiliki dunia usaha yang prosfektif.

Keempat, perjalanan usaha kerajinan Cirebon akan mendapatkan kondisi yang diharapkan apabila dilengkapi dengan fakor keempat yakni menjiwai dan memahami “Rasa Cinta Produk Sendiri”. Bukankah slogan itu sudah lama kita dengar dan sudah lama melekat dipendengaran kita. Tetapi mengapa hanya “dilidah” ? mengapa hanya “didengar” ? Tinggalkan mulai saat ini memanjakan Produk Luar, mulailah senang berpakaian Batik produk Cirebon, bersepatu produk pengrajin sendiri,berdasi hasil konfeksi daerah sendiri, menata hiasan dinding dengan produk Lukisan Kaca Cirebon, mempercantik sudut ruangan dengan Topeng Cirebon, menikmati empuknya kursi dengan produksi pengrajin sendiri, bahkan menikmati lezatnya makanan dengan makanan khas Cirebon.

Subhanallah jika itu dilakukan oleh seluruh masyarakat Cirebon, rasanya kita takkan mendengar keluh kesah sulitnya pemasaran produk kerajinan Cirebon. Jika semuanya melakukan pergerakan mencintai produk sendiri secara utuh dan berkelanjutan, mustahil kerajinan Lukisan Kaca menggeliat kesusahan, mustahil pengrajin Topeng Cirebon merajuk kesulitan, mustahil pengrajin rotan, pengrajin ukiran diterpa badai kelesuan. Bukankah Badai Pasti Berlalu ? itulah harapan kita agar Badai Kelesuan Kerajinan Cirebon berlalu , yang ada hanyalah saat-saat menyongsong situasi dan kodisi usaha menuju perbaikan dan perubahan.

Sampai disini kuketik tulisan ini, karena tak mungkin cukup memuat geliat hati yang resah dan gejolak hati yang gundah. Bukan bermaksud tidak mensyukuri keadaan, tetapi hanya sebagai “sharing” pemikiran agar Badai Kelesuan Kerajinan Cirebon segera berlalu untuk menggapai cita,cinta,cipta dan karsa demi pelestarian dan perkembangan Produk Kerajinan Cirebon yang diharapkan tetap abadi dihati kita selamanya. Semoga.

Kalijaga Permai diawal Nopember 2010.

Penulis,

Halimi,SE,MM.

0 komentar:

Posting Komentar

Beri komentar pada blog ini

AdBrite